POLITIK IDENTITAS DAN MASA DEPAN PLURALISME KITA
Dilihat
dari rentang waktu, ilmuwan sosial baru tertarik kepada isu politik identitas
pada 1970an, bermula di Amerika Serikat, ketika menghadapi masalah minoritas,
jender, feminisme, ras, etnisitas, dan kelompok-kelompok sosial lainnya yang
merasa terpinggirkan, merasa teraniaya. Dalam perkembangan selanjutnya cakupan
politik identitas ini meluas kepada masalah agama, kepercayaan, dan ikatan-ikatan
kultural yang beragam. Di Indonesia politik identitas lebih terkait dengan
masalah etnisitas, agama, ideologi, dan kepentingan-kepentingan lokal yang
diwakili pada umumnya oleh para elit dengan artikulasinya masing-masing. Gerakan
pemekaran daerah dapat dipandang sebagai salah satu wujud dari politik
identitas itu. Isu-isu tentang keadilan dan pembangunan daerah menjadi sangat
sentral dalam wacana politik mereka, tetapi apakah semuanya sejati atau lebih
banyak dipengaruhi oleh ambisi para elit lokal untuk tampil sebagai pemimpin,
merupakan masalah yang tidak selalu mudah dijelaskan. Pertanyaannya kemudian adalah:
apakah politik identitas ini akan membahayakan posisi nasionalisme dan
pluralisme Indonesia di masa depan? Jika berbahaya, kira-kira dalam bentuk apa,
dan bagaimana cara mengatasinya? Makalah ini akan mendiskusikannya lebih jauh. Tetapi
sebelum pembicaraan menukik kepada permasalahan yang muncul di negeri kita,
sebagai bahan perbandingan yang cukup relevan dengan situasi Indonesia, kita
juga akan melihat berbagai tipe politik identitas di berbagai tempat dan di
kalangan diaspora Muslim di Barat.
Komentar
Posting Komentar