PENTINGNYA PENDIDIKAN DALAM SEBUAH SEBUAH KEHIDUPAN

 






Bismillahirrohmanirrohim

Oke, sekarang adalah pertanyaan yang coba temen-temen jawab, gak perlu dijawab secara tertulis atau lisan, tapi coba tanyakan dan jawab kepada diri sendiri pada diri temen-temen, bahwa sebenarnya seberapa penting sih pendidikan buat temen-temen?

Ada suatu hal yang pasti apabila teman-teman membaca berbagai hal, tidak hanya tentang hakikat pendidikan, apapun itu, baik itu dalam sosial, politik, hukum dan lain sebagainya. Bukan dalam ilmu terapannya, melainkan apabila teman-teman membaca titik pangkal dari semua itu, yaitu pada filsafat. Seperti Filsafat sosial, filsafat hukum, filsafat politik, dan lain sebagainya.

(ini merupakan murni opini saya pribadi sebagai seorang manusia biasa yang mempnyai banyak kekurangan, Allah yang maha mengetahui segala hal)

Memang apabila teman-teman membaca, dan mengkomaparasikan pemikiran filsafat yunani dan filsafat islam mengenai aspek dalam kehidupan manusia tersebut memang akan menemukan sedikit perbedaan terutama soal akidah, karena memang akhidah dalam islam dan Yunani atau dunia barat umumnya berbeda. Namun apabila kita memandangnya dari segi murni akal itu sendiri, rasionalisme, kita dapat mensinkornkan antara pemikiran manusia tidak memandang akidahnya itu apa akan bertemu pada satu kebenaran.

Oke, misal kita akan menelaah suatu pemikiran lagi yaitu tentang pendidikan, yang kali ini diunkapkan oleh filsuf Yunani pula yaitu Plato.

Bahwa menurutnya, pendidikan memiliki fungsi yang amat penting baik itu sebagai individu maupun sebagai warga negara. Maka dari itu, mengenai hal ini menurutnya, negara wajib memberikan pendidikan bagi setiap warganya, namun negara pula harus memperhatikan hal, yaitu negara juga harus memberikan kebebasan bagi setiap warga negara untuk mengikuti ilmu sesuai bakat dan minat.

Naah dari ini coba teman-teman berpikir mengapa dan apa yang dimaksud oleh Plato dari tulisan tersebut? Kita coba untuk berpikir dengan logika, ketika negara memberikan pendidikan bagi setiap warga negaranya, kemudian negara juga memberikan kebebasan pula pada srtiap warga negaranya untuk mengikuti ilmu sesuai bakat dan minat warga negara, hal itu akan memberikan dampak yang besar dan akan memberikan kemajuan baik itu kepada dirinya sebagai individu, maupun kepada negaranya.

 

Sederhananya seperti, dan hal ini mungkin ada yang mengalami dalam kehidupan temen-temen, yaitu ada 2 individu yang sedang menempuh pendidikan di sebuah universitas. Mereka sama-sama sedang menempuh pendidikan di jurusan teknik informatika, namun ada perbedaan hasil atau output yang diperoleh dari kedua individu tersebut. Yang satu mendapatkan nilai bagus dan kemudian dapat bekerja di tempat yang bagus pula. Kemudian individu yang lain, tidak mendapatkan nilai yang kurang baik, dan akhirnya ia susah mendapatkan pekerjaan, sehingga ia menganggur. Perbedaannya adalah bahwa individu yang pertama, karena dia memang sangat menyukai informatika, dia sangat menikmati belajarnya saat belajar di universitas, bahkan ketika seseorang menikmati apa yang ia pelajari, nilai tersebut baginya hanya merupakan bonus, dia hanya terfokus pada apa yang dia sukai tersebut, yaitu di bidang informatika.

Kemudian individu yang lain kurang berhasil dalam pendidikannya, karena dia memilih informatika bukan karena keinginan hatinya, melainkan keinginan orang tuanya. Akhirnya dia menjadi tidak nyaman dalam belajar, dia merasa berat hati untuk belajar apalagi untuk mencoba menikmatinya. Hingga di akhir belajarnya di universitas dia tidak mendapat hasil atau output yang orang tua harapkan, karena memang dia kurang mengharapkan output tersebut, karena dia dari awal sudah setengah hati untuk melakukannya.

Kembali dalam pembahasan dari filsuf yunani ini yaitu Plato. Bahwa baginya suatu pendidikan sangat penting bagi sebuah negara, oleh karena itu pendidikan harus mendapat tempat yang paling istimewa di sebuah negara. Negara harus memberikan perhatian yang sangat penuh untuk pendidikan itu sendiri, karena pendidikan merupakan salah satu pondasi utama berdirinya sebuah negara.

Pendidikan menurut seorang filsuf Yunani ini, bahwa pendidikan merupakan kunci dari pembebasan seorang manusia dari belenggu ketidak tahuan dan ketidak benaran. Atau dalam islam itu sendiri, dengan pendidikan, seseorang akan dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil.

Lalu adakah ada pertanyaan yang terlempar kepada saya mengenai bukankah islam atau ilmu dalam islam hanya ilmu agama saja? Saya akan menjawab tidak. (oke ingat sekali lagi saya mengingatkan ini adalah opini gue pribadi sebagai manusia biasa yang tentu saja akan banyak kesalahan) yaa… saya akan menjawab tidak.

Bahwa Dalam segi keilmuan barat atau sekulerisme, filsafat memang merupakan induk dari ilmu pengetahuan, tapi bagi saya, kitab agama Islam atau Al-qur’an laah merupakan induk dari ilmu pengetahuan,banyak hal kemiripan seperti yang telah saya bilang, antara pemikir Yunani dengan Islam, sedangkan filsuf Islam itu sendiri ilmu bersumber dari Al-quran dan Hadits. Kecuali dalam segi hal akidah seperti yang sudah saya jelaskan.  dari Al-quran timbul dan melahirkan ilmu-ilmu lainnya. Al-quran bagi saya bukan hanya sekedar kitab, tapi merupakan pedoman hidup umat Islam bahkan manusia seluruh dunia agar mencapai kehidupan yang ideal. Banyak peristiwa alam kontemporer saat ini yang baru terbukti secara ilmiah dan akal manusia, sedang dalam Al-quran yang telah membuktikannya jauh sebelum apa yang telah diungkapkan oleh manusia itu dengan akalnya.

Kemudian mengenai ilmu pengetahuan, Al Ghazali juga menjelaskan mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan beserta hukumnya jika kita mempelajari hal tersebut, yang mungkin akan kita telaah dilain waktu.

Naah kemudian kesimpulannya, seperti yang telah gue sebutkan, puncak dari sebuah akal, apabila disinkronkan dengan sebuah hati dan kehidupan akan berakhir pada kebijaksanaan atau kebenaran yang dapat diterima oleh semua akal. Hal ini diluar dari akidah karena disini filsuf Yunani adalah non Islam, tetapi memiliki keharmonisasian dalam pemikirannya dengan filsuf muslim tentang pendidikan tersebut, tentang hakikat dari pendidikan. Dan tidak hanya filsafat pendidikan, juga tentang filsafat hukum tentang keadilan juga misalnya benar-benar keadilan yang murni demi kebaikan seluruh manusia. Namun memang, hal yang tidak bisa disinkronkan antara pemikiran filsuf yunani dan islam adalah soal teologi, karena memang dari sini sudah mempunyai akidah yang berbeda.


Komentar